Saturday, February 25, 2017
Sejarah Singkat Imam An Nawawi
Sejarah Singkat Imam An Nawawi
Beliau adalah Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husain An-Nawawi Ad-Dimasyqiy, Abu Zakaria. Beliau dilahirkan pada bulan Muharram tahun 631 H di Nawa, sebuah kampung di daerah Dimasyq (Damascus) yang sekarang merupakan ibukota Suriah. Beliau dididik oleh ayah beliau yang terkenal dengan kesalehan dan ketakwaan. Beliau mulai belajar di katatib (tempat belajar baca tulis untuk anak-anak) dan hafal Al-Quran sebelum menginjak usia baligh.
Ketika berumur sepuluh tahun, Syaikh Yasin bin Yusuf Az-Zarkasyi melihatnya dipaksa bermain oleh teman-teman sebayanya, namun ia menghindar, menolak dan menangis karena paksaan tersebut. Syaikh ini berkata bahwa anak ini diharapkan akan menjadi orang paling pintar dan paling zuhud pada masanya dan bisa memberikan manfaat yang besar kepada umat Islam. Perhatian ayah dan guru beliaupun menjadi semakin besar.
An-Nawawi tinggal di Nawa hingga berusia 18 tahun. Kemudian pada tahun 649 H ia memulai rihlah thalabul ilminya ke Dimasyq dengan menghadiri halaqahhalaqah ilmiah yang diadakan oleh para ulama kota tersebut. Ia tinggal di madrasah Ar-rawahiyyah didekat Al-Jami Al-Umawiy. Jadilah thalabul ilmi sebagai kesibukannya yang utama. Disebutkan bahwa ia menghadiri dua belas halaqah dalam sehari. Ia rajin sekali dan menghafal banyak hal. Iapun mengungguli teman-temannya yang lain. Ia berkata : Dan aku menulis segala yang berhubungan dengannya,baik penjelasan kalimat yang sulit maupun pemberian harakat pada kata-kata. Dan Allah telah memberikan barakah dalam waktuku. [Syadzaratudz Dzahab 5/355].
Diantara syaikh beliau: Abul Baqa An-Nablusiy, Abdul Aziz bin Muhammad Al-Ausiy, Abu Ishaq Al-Muradiy, Abul Faraj Ibnu Qudamah Al-Maqdisiy, Ishaq bin Ahmad Al-Maghribiy dan Ibnul Firkah. Dan diantara murid beliau: Ibnul Aththar Asy-Syafiiy, Abul Hajjaj Al-Mizziy, Ibnun Naqib Asy-Syafiiy,Abul Abbas Al-Isybiliy dan Ibnu Abdil Hadi.
Pada tahun 651 H ia menunaikan ibadah haji bersama ayahnya, kemudian ia pergi ke Madinah dan menetap disana selama satu setengah bulan lalu kembali ke Dimasyq. Pada tahun 665 H ia mengajar di Darul Hadits Al-Asyrafiyyah (Dimasyq) dan menolak untuk mengambil gaji.
Beliau digelari Muhyiddin ( yang menghidupkan agama ) dan membenci gelar ini karena tawadhu beliau. Disamping itu, agama islam adalah agama yang hidup dan kokoh, tidak memerlukan orang yang menghidupkannya sehingga menjadi hujjah atas orang-orang yang meremehkannya atau meninggalkannya. Diriwayatkan bahwa beliau berkata :Aku tidak akan memaafkan orang yang menggelariku Muhyiddin.
Imam An-Nawawi adalah seorang yang zuhud, wara dan bertaqwa. Beliau sederhana, qanaah dan berwibawa. Beliau menggunakan banyak waktu beliau dalam ketaatan. Sering tidak tidur malam untuk ibadah atau menulis. Beliau juga menegakkan amar maruf nahi munkar, termasuk kepada para penguasa, dengan cara yang telah digariskan Islam. Beliau menulis surat berisi nasehat untuk pemerintah dengan bahasa yang halus sekali. Suatu ketika beliau dipanggil oleh raja Azh-Zhahir Bebris untuk menandatangani sebuah fatwa. Datanglah beliau yang bertubuh kurus dan berpakaian sangat sederhana. Raja pun meremehkannya dan berkata: Tandatanganilah fatwa ini!! Beliau membacanya dan menolak untuk membubuhkan tanda tangan. Raja marah dan berkata: Kenapa !? Beliau menjawab: Karena berisi kedhaliman yang nyata. Raja semakin marah dan berkata: Pecat ia dari semua jabatannya. Para pembantu raja berkata: Ia tidak punya jabatan sama sekali. Raja ingin membunuhnya tapi Allah menghalanginya. Raja ditanya: Kenapa tidak engkau bunuh dia padahal sudah bersikap demikian kepada Tuan? Rajapun menjawab: Demi Allah, aku sangat segan padanya.
Imam Nawawi meninggalkan banyak sekali karya ilmiah yang terkenal. Jumlahnya sekitar empat puluh kitab, diantaranya:
1. Dalam bidang hadits : Arbain, Riyadhush Shalihin, Al- Minhaj (Syarah Shahih Muslim), At-Taqrib wat Taysir fi Marifat Sunan Al-Basyirin Nadzir.
2. Dalam bidang fiqih: Minhajuth Thalibin, Raudhatuth Thalibin, Al-Majmu.
3. Dalam bidang bahasa: Tahdzibul Asma wal Lughat.
4. Dalam bidang akhlak: At-Tibyan fi Adab Hamalatil Quran, Bustanul Arifin, Al-Adzkar.
Kitab-kitab ini dikenal secara luas termasuk oleh orang awam dan memberikan manfaat yang besar sekali untuk umat. Ini semua tidak lain karena taufik dari Allah Taala, kemudian keikhlasan dan kesungguhan beliau dalam berjuang.
Secara umum beliau termasuk salafi dan berpegang teguh pada manhaj ahlul hadits, tidak terjerumus dalam filsafat dan berusaha meneladani generasi awal umat dan menulis bantahan untuk ahlul bidah yang menyelisihi mereka. Namun beliau tidak mashum (terlepas dari kesalahan) dan jatuh dalam kesalahan yang banyak terjadi pada uluma-ulama di zaman beliau yaitu kesalahan dalam masalah sifat-sifat Allah Subhanah. Beliau kadang mentawil dan kadangkadang tafwidh. Orang yang memperhatikan kitab-kitab beliau akan mendapatkan bahwa beliau bukanlah muhaqqiq dalam bab ini, tidak seperti dalam cabang ilmu yang lain. Dalam bab ini beliau banyak mendasarkan pendapat beliau pada nukilannukilan dari para ulama tanpa mengomentarinya.
Adapun memvonis Imam Nawawi sebagai Asyari, itu tidak benar karena beliau banyak menyelisihi mereka (orang-orang Asyari) dalam masalah-masalah aqidah yang lain seperti ziyadatul iman dan khalqu afalil ibad. Karya-karya beliau tetap dianjurkan untuk dibaca dan dipelajari, dengan berhati-hati terhadap kesalahan-kesalahan yang ada. Tidak boleh bersikap seperti kaum Haddadiyyun yang membakar kitab-kitab karya beliau karena adanya beberapa kesalahan didalamnya.
Komite Tetap untuk Riset Ilmiah dan Fatwa kerajaan Saudi ditanya tentang aqidah beliau dan menjawab: Lahu aghlaath fish shifat (Beliau memiliki beberapa kesalahan dalam bab sifat-sifat Allah).
Imam Nawawi meninggal pada 24 Rajab 676 H -rahimahullah wa ghafarahu-.
Catatan: Lihat biografi beliau di Tadzkiratul Huffazh 147, Thabaqat Asy-Syafiiyyah Al-Kubra, Syadzaratudz Dzahab 5/354
Disusun Oleh: Ustadz Anas Burhanuddin, Lc.
Available link for download
Friday, January 27, 2017
Repairing an LCD blinking Samsung 206BW
Repairing an LCD blinking Samsung 206BW

Symptoms of the problem:
After about four years of service, this excellent 20-inch screen started flashing to the ignition. When I say blink, I mean that the image was displayed intermittently for more and longer to stabilize. Recently, we had to wait about 1 hour before working on it!
Tests:
I started by testing with a VGA cable (analog, usually blue socket) instead of my cable DVI (digital, generally white plug): no difference. So I started to incriminate the screen rather than the graphics card (I thought it was next computer that was located the problem). So I unplugged the computer screen and saw that the screen messages ("NO SIGNAL") as blinking.
Diagnosis :
When a screen starts flashing like that, it is said that "pump". Then incriminates electrochemical capacitors of the power supply. Capacitors falter are recognizable because they are inflated on top (when radial).
Removal:
To access food, you had to disassemble. Heres how to detail (I took lots of pictures voluntarily, do not be afraid, it is far from long or complicated disassembly will be very easy thanks to the photos.)
Very simple tools
Lay the screen face down on the table and unscrew the foot (3 screws)
Remove foot
Unscrew the back cover (3 screws) and lift it forward to remove it
Unclip left metal cover
Remove cover
Identity 4 tablecloths disconnect (I have numbered)
Disconnect tablecloths
Disconnect the cable from right
Lift forward the metal frame containing the motherboard and the power supply
Beware son underneath. To the next step are removed.
Disconnect the plug that connects the underside son
Separate power (top) and motherboard (below)
Its hard with your fingers. We must first support in the decision to unclip.
The clip that was preventing decision to disconnect easily
Unscrew the power supply (3 screws)
Remove the small metal strip
All 9 screws in the end of the dismantling
Then returns to inspect the power supply capacitors
Bingo: 2 capacitors are surrounded by red HS
Apparently no problems on those 2
Piece :
Remains to buy two spare capacitors. For added security (and not have to reopen the screen in 6 months!), I also changed the third condo, very close to the first two. In an electronics store from the corner that cost me P;240: the advantage is that my screen was repaired the same day, no need to get back another day (which is often galley, especially to go up the device!) and leave it open for several days (it takes up space, its fragile and it takes dust). I took 2 condo 1000?F / 25V and a 470?F / 25V (replacement in kind).
On the web, its easy to find components and it is much cheaper. But it takes patience and often add postage. For such a small order, its not worth the blow too unless you can not find an electronics store in his corner.
Repair :
A good soldering iron, to the best of the desoldering braid (I just had a pump, not very effective) and put it (if you do not have one available, it is cheap).
Soldering, desoldering pump, the power supply repair, and a soldering iron.
We Dessoude condos one by one
At this stage attention capacitors are polarized, that means they have a mounting direction. A + and -. On my PCB, the shaded side representing the - (see above photo). And on my new capacitors, the - is the side with the shorter leg. It also recognizes it as it is indicated on the body of the capacitor (with the gray band - - - - - - see the photo below). So when Dessoude, of watching the polarities of condo taken away and mount it again the same way.
And here the work: 3 new condos
Result :
Impeccable. The screen works perfectly again.
The test screen just after the repair and reassembly
Conclusion :
A good activist gesture for almost nothing new matter was again something new and it does not clutter the garbage with toxic e-waste. Not to mention the price of a new screen.
For assembly of the screen, a last small detail: we must not forget to insert the small tab of the little strip of metal in the metal frame.
Available link for download